Senin, 13 Desember 2010

Membangun Citra Positif Diri

Oleh:
Yonatan

Citra adalah pencapaian tujuan dari kegiatan PR. Pengertian citra adalah sesuatu yang abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur dalam ukuran nominal tertentu. Ibarat angin yang bertiup maka citra mempunyai wujud yang dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti tanggapan yang positif maupun negatif seperti sinis yang khususnya datang dari publik (mitra kerja) dan masyarakat pada umumnya.

Menurut Jefkins (1995) ada beberapa jenis citra (image) yaitu :
1. Citra Bayangan (Mirror Image). Citra jenis ini adalah citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan terutama pihak manajemen yang tidak percaya “apa dan bagaimana” kesan pihak luar terhadap institusi yang dipimpinnya, tidak selamanya dalam posisi yang baik;
2. Citra Kini (Current Image). Citra yang sekarang dimiliki oleh pihak luar dalam memandang institusi tersebut. Ada kemungkinan ”citra kini” yang dimiliki oleh sebuah institusi adalah citra yang buruk atau negatif.
3. Citra Harapan (Wish Image). Citra yang menjadi harapan dan cita-cita dari suatu insitusi yang hendak ditampilkan kepada publiknya. Idealnya citra sebuah insitusi adalah positif.
4. Citra Perusahaan (Corporate Image). Citra adalah citra yang berkaitan dengan sosok insititusi sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra institusi yang positif lebih dikenal serta diterima oleh publiknya.
5. Citra Sebaneka (Multiple Image). Citra ini adalah komplimen (pelengkap) dari corporate image sebagai contoh pihak PR dapat menampilkan citra dari atribut logo, nama produk, tampilan gedung dan lain sebagainya;
6. Citra Penampilan (Performance Image). Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan.



Berbicara pencitraan tak lepas dari preposisi seseorang atau organisasi terhadap citranya dimata public sehingga melahirkan sebuah respon positif. Begitu juga akselerasi publik terhadap pribadi selalu dapat dilihat dari sejauhmana menampilkan kesan positif yang bisa membangun tingkat kepercayaan terhadap pigur pribadi atau branch image sebuah organisasi.
Masalahnya sering kali terjadi kalau citra membangkitkan kepura-puraan kita terhadap publik. Sehingga seolah anda melakukan sesuatu bukan diri kita tapi polesan lipstik. Apa yang kita lakukan hampir sama dengan apa yang kita pikirkan. Anda akan terlihat percaya diri ketika anda berpikir bahwa diri anda pantas untuk memiliki citra anda sehingga ketika anda masuk kesebuah butik atau restoran anda pikirkan tentang jenis pelayanan yang anda terima, cara orang lain menatap anda dengan respect dan segalanya Nampak tepat pada tempatnya bagi anda.
Itulah pemposisian citra anda terlihat akan kuat tapi tidak mencerminkan kearoganan dan kemunafikan didalamnya tapi didalam ada ketulusan hati untuk berprilaku sehingga semua orang akan menangkap citra anda secara positif karena memang anda pantas mendapatkan respect tersebut.

Sebagai manusia kitalah yang menentukan citra diri kita sendiri. Dengan menentukan citra diri kita sendiri, kita akan menentukan seberapa basar kebahagiaan yang kita inginkan.

Citra diri kita dilihat oleh orang lain, oleh karena itu kita bias mempromosikan diri kita sendiri melalui CV atau profil yang dapat diperlihatkan ke public, karena membangun citra bukanlah narcissism. Buatlah kesan yang berbeda pada saat orang lain membaca citri diri kita dan buatlah seproporsional mungkin maksudnya tidak dilebih-lebihkan karena harus sesuai dengan kapasitas dan kompetensi kita sendiri jangan pernah berbohong dan menjadi sosok diri orang lain, yang paling penting dalam membangun citra diri janganlah meremehkan atau menghina orang lain.

Unsur – unsur yang membentuk Citra Diri :
a. Keluarga, dari orang tua, kita menerima pengaruh keturunan terhadap
kepribadian misalnya : tubuh, kecerdasan, watak, pola pendidikan.
b. Masyarakat, media-media yg menyediakan berbagai macam informasi serta norma yg berlaku di masyarakat umum mempengaruhi pola pikir dan perilaku kita yang berdampak pada pembentukan konsep diri
c. Teman Sebaya, ungkapan-ungkapan yg digunakan yg digunakan, perlakuan & penilaian oleh teman menjadi acuan dlm menilai diri sendiri. Perbedaan-perbedaan antar pertemanan sering menjadi tolak ukur yg penting dlm menbangun konsep diri
d. Pengalaman dalam kehidupan selanjutnya, mis : pengalaman berhasil atau gagal, dicintai atau dijauhi orang.

Lebih mendalam lagi David J Schwartz (1996) dalam bukunya „The Magic of Thingking Big” merangkaikan beberapa hal untuk peningkatan kualitas citra pribadi seseorang antara lain :
1. Percaya anda dapat berhasil, maka andapun akan benar-benar berhasil (Berpikir sukses, jangan berpikir gagal; ingatkan diri anda secara teratur bahwa anda lebih baik daripada yang anda kira; percaya besar).
2. Sembuhkan diri anda dari dalih, penyakit kegagalan.
3. Bangun kepercayaan dan hancurkan ketakutan (depositokan hanya pikiran positif dalam bank ingatan anda, miliki paandangan seimbang mengenai orang lain, kembangkan sikap penuh pengertian, duduklah selalu dikursi yang paling depan, biasakan mengadkaan kontak mata, berjalan 25 % lebih cepat, tersenyum lebar)
4. Ingat berpikir besar selalu memberikan imbalan (jangan mengidap kompleks imperioritas, gunakan kosakata pemikir besar, bentangkan visi anda, dapatkan pandangan besar mengenai pekerjaan anda dan jangan berpikir tentang hal-hal yang sepele)
5. Bagaimanakah berfikir dan bermimpi secara kreatif (percaya bahwa sesuatu dapat dilakukan, jangan biarkan tradisi melumpuhkan pikiran anda, bertanyalah pada diri sendiri setiap hari : ”bagaimanakah saya dapat bekerja dengan lebih baik?”, bertanyalah pada diri sendiri, :bagaimanakah saya dapat bekerja lebih banyak?”, praktikan bertanya dan mendengarkan dan bentangkan pikiran anda)
6. Anda adalah apa yang anda pikirkan mengenai diri anda (tampil penting – ini membantu anda berpikir penting, berpikirlah pekerjaan anda penting, beri diri anda percakapan pendek pemberi semangat beberapa kali sehari, didalam semua situasi kehidupan bertanyalah pada diri sendiri : ”apakah ini cara orang penting berpikir?”)
7. Atur lingkungan anda, gunakan selalu kelas satu (sadarlah akan lingkungan, buat lingkungan anda bekerja anda, jangan biarkan orang berpikiran kecil menahan anda, dapatkan nasihat anda dari orang yang berhasil, singkirkan racun pikiran kelaur dari lingkungan anda dan gunakan segalanya yang kelas satu)
8. Jadikan sikap anda sekutu anda (tumbuhkan sikap saya aktif : gali lebih dalam, bersemangaatlah dalam segalanya mnegenai anda, siarkan berita baik; tumbhkan sikap ”anda orang penting”, Tumbuhkan sikap utamakan pelayanan)
9. Berpikir benar tentang orang lain (jadikan diri anda lebih ringan untuk diangkat, ambil inisiatif dalam membina persahabatan, terima perbedaan dan keterbatasan manusia, setel saluran pikiran baik, praktekan kemurahan hati dalam bercakap, praktikan kebaikan hati selalu, jangan menyalahkan orang lain jika anda mengalami kemunduran)
10. Tumbuhkan kebiasaan bertindak (jadilah aktivasionist,jangan menunggu hingga keadaanya sempurna,ingat – gagasan saja tidak akan memberikan keberhasilan,gunakan tindakan untuk menghilangkan ketakutan dan mendapatkan kepercayaan diri,mulai mesinmental anda secara mekanis,berpikir dalam pengertian sekarang, segegralah bertindak, ambil inisiatif)
11. Bagaimana mengubah kekalahan menjadi kemenangan (pelajari kemunduran untuk melicinkan jalan menuju keberhasilan, miliki keberanian untuk jadi kritikus diri sendiri secara konstruktif, berhenti menyalahkan nasib, gabungkan ketekunan dengan eksperimen, ingatlah ada sisi baik dalam setiap situasi)
12. Gunakan tujuan untuk membantu anda bertumbuh (tetapkan secara jelas kemana anda ingin pergi, tulis rencana 10 tahun anda, turuti keinginan anda, biarkan tujuan utama anda menjadi pedoman otomatis anda, capailah tujuan anda satu langkah demi langkah, kembangkan tujuan 30 hari, ambil jalan memutar dalam langkah anda, lakukan investasi dalam diri anda)
13. Bagaimanakah berfikir seperti pemimpin (bertukar pikiranlah dengan orang-orang yang ingin anda pengaruhi, terapkan kaidah manusiawi dalam berusrusan dengan orang lain, berpikirlah maju – percayalah akan kemajuan, mendesakalah untuk maju, luangkan waktu untuk berunding dengan diri sendiri)
Demikianlah cengan pencitraan pribadi inilah kehidupan anda berubah total sehingga memberikan motivasi anda untuk melangkah kejenjang hidup yang dulu mungkin tidak begitu membuat anda bahagia, karena kebahagiaan itu sendiri ternyata ada pada sejauhmana anda menilai diri anda sehingga orang lain bisa melihat seluruh bingkai yang utuh yaitu pribadi anda.

Sumber :
ichadchemical.wordpress.com/2010/11/17/membangun-citra-diri-positif/
jalanpincang.com/?p=1316
arumsekartaji.blogspot.com/2010/11/memajang-foto-diri-anak-anda-2.html
radiosmartfm.com/read/2010/11/03/secret-of-word-sampai-dimana-tingkat-pemikiran-anda/
manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/11/bagaimana-meningkatkan-pencitraan-diri.html
http://zizer.wordpress.com/2009/12/19/membangun-citra-pribadi-sekretaris-yang-positif/
http://blogridwan.sanjaya.org/2010/06/membangun-citra-diri-dan-perusahaan.html
www.acehrecoveryforum.org/library/download.php?file=PUBLIC...pdf
http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/citra-diri.html



Selengkapnya...

Senin, 06 Desember 2010

Peran Masyarakat Dalam Penangulangan AIDS

Oleh:
Masruq Lolo

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Berdasarkan data statistik dari Ditjen PPM dan PL Depkes RI, kasus HIV/AIDS di Indonesia hingga 31 Maret 2010 telah mencapai lebih dari 20.000 kasus. Ironinya, kalangan usia produktif (usia 15 – 39 tahun) menempati urutan pertama sebagai pengidap HIV/AIDS atau Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) lebih dari 80%. ODHA yang berusia 20 – 29 tahun saja terdapat lebih dari 10.000 kasus. Dari jumlah tersebut, sebenarnya belum mencerminkan jumlah seutuhnya karena kasus seperti ini bagaikan gunung es yang kemungkinan jumlahnya jauh lebih besar karena adanya ODHA yang tidak terdeteksi oleh instansi terkait.


Penyebab utama banyaknya kasus HIV/AIDS adalah heteroseksual atau hubungan seks bebas dan penggunaan narkoba suntik (Injection Drug Use/IDU). Dari data yang ada hampir 90% penyebaran virus HIV/AIDS disebabkan kedua perilaku tsb. Maraknya pergaulan bebas (pornografi dan pornoaksi) di kalangan muda-mudi ditambah dengan kemajuan teknologi semakin mempermudah para muda-mudi untuk mengakses hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan serba bebas. Tak jarang pacaran yang terjalin terasa hambar jika belum dibumbui oleh hubungan layaknya hubungan suami istri atas landasan cinta dan suka sama suka. Memang internet memiliki dampak positif bagi kemajuan bangsa. Tapi di sisi lain, internet juga mampu menghancurkan suatu bangsa jika digunakan untuk kepentingan negative. Hampir 100% remaja bahkan anak-anak yang dikategorikan masih di bawah umur sudah melihat media pornografi seperti dari vcd, internet, tabloid porno dll.
Masyarakat sebagai pengendali kehidupan sosial memiliki fungsi strategis dalam perencanaan dan penanggulangan HIV/AIDS. Dari anggota masyarakat terkecil (keluarga) hingga berbagai organisasi/lembaga masyarakat harus ikut berperan aktif dalam menangani masalah ini.
Peran strategis masyarakat dalam penanggulangan HIV/AIDS antara lain :
1. Mendidik anggota keluarga berdasarkan norma agama Keluarga memegang peran utama dalam pendidikan agama khususnya orang tua. Karena mereka adalah guru pertama bagi anak-anaknya yang mengajarkan etika dan moral agama. Tak jarang sumber kejahatan/perbuatan negative berasal dari kondisi keluarga yang carut-marut. Orang tua harus peka terhadap problematika yang dihadapi anaknya dan mampu memberikan solusi terbaik baginya. Khususnya bagi orang tua yang memiliki anak yang mengidap HIV/AIDS, selalu memberikan motivasi positif, mengevaluasi diri terhadap kehidupan keluarganya karena bisa jadi awal keburukan anaknya berasal dari kondisi keluarganya dan senantiasa membantu anaknya setiap saat.
2. Partisipasi aktif para tokoh masyarakat Tokoh masyarakat yang dianggap sebagai panutan masyarakat ikut andil dalam menjalankan program-program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Tokoh masyarakat ini harus dibekali berbagai informasi mendalam tentang HIV/AIDS agar tidak memunculkan sikap negative terhadap ODHA. Sebagai teladan masyarakat, maka mereka harus menjadi penggerak pertama untuk menanggulangi HIV/AIDS dan turut menciptakan lingkungan yang kondusif setidaknya di lingkungan sekitarnya. Contohnya dengan menjadi kader peduli HIV/AIDS.
3. Memberdayakan lembaga keagamaan dan adat Faktor penyebab muncul dan menyebarnya HIV/AIDS adalah pergaulan bebas yang menyimpang dari norma keagamaan. Oleh sebab itu, lembaga keagamaan dan adat (jika tidak melanggar norma agama) harus diberdayakan seoptimal mungkin di tengah masyarakat dengan cara lebih giat mendakwahkan syiar agama dan akhlakul karimah (akhlak terpuji). Mereka adalah para tokoh agama yang senantiasa memberikan pemahaman agama kepada masyarakat dan memotivasi ODHA untuk terus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta serta senantiasa melakukan yang terbaik selama hidupnya.
4. Mengoptimalkan peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Banyak LSM di tengah masyarakat yang harus kita optimalkan fungsinya. LSM dibentuk untuk membantu kelancaran pelaksanaan program-program pemerintah. Jangan sampai LSM yang ada saat ini digunakan untuk kepentingan politik atau kepentingan pribadi. LSM harus mengevaluasi setiap kinerjanya agar selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat khususnya mengenai penanggulangan HIV/AIDS. Bertambahnya jumlah ODHA menjadi pukulan keras bagi LSM karena kegagalan program mereka dalam menghambat laju penyebaran HIV/AIDS.
5. Memberdayakan peran lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) Lembaga pendidikan sebagai tempat membina anak didiknya menjadi manusia yang intelektual hendaknya tetap mementingkan nilai moral agama. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang mampu memadukan antara IPTEK (Ilmu Pengetahuan) dan IMTAK (Iman dan Takwa). Di Indonesia, banyak sekolah dan perguruan tinggi yang mampu membentuk manusia menjadi intelektual, namun terkadang lupa dalam menanamkan moral agama. Padahal orang yang pintar tapi hatinya busuk jauh lebih berbahaya bagi Negara daripada orang bodoh. Oleh karena itu,perlu diterapkan metode pendidikan yang mampu menggabungkan intelektual dan agama secara harmonis, tidak berat sebelah. Selain itu, para tenaga kependidikan harus menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya. Karena mereka menjadi figur yang dijadikan contoh oleh anak didiknya.
6. Mengoptimalkan peran media massa Pengaruh media massa baik cetak maupun elektronik mampu membentuk karakter pemikiran masyarakat. Sayap media sekarang semakin marak dengan tontonan pergaulan bebas. Padahal media massa memiliki pengaruh sangat besar dalam mendidik masyarakat menjadi manusia yang bermoral dan intelektual. Penyebaran informasi tentang HIV/AIDS dapat diekspos lebih luas dan cepat bila dibandingkan dengan cara manual (face to face). Informasi mendalam tentang penanggulangan HIV/AIDS akan sampai ke tangan masyarakat lebih sempurna melalui media massa karena masyarakat selalu menonton tayangan televisi dan membaca koran/tabloid. Oleh karena itu, pemerintah harus bekerja sama dengan seluruh media massa yang ada di Indonesia untuk berperan aktif mendidik masyarakat bermoral dan intelektual. Dengan adanya kerja sama ini, penanggulangan HIV/AIDS akan terselesaikan dengan sendirinya.
7. Melakukan berbagai riset untuk menemukan obat HIV/AIDS melalui lembaga riset Selama dua puluh tahun, penelitian terhadap virus HIV/AIDS terus dilakukan oleh lembaga riset dunia. Perkembangan terbaru saat ini adalah berhasil ditumbuhkannya suatu kristal yang memungkinkan peneliti untuk melihat struktur enzim yang disebut dengan integrase. Enzim ini ditemukan pada retrovirus seperti HIV dan merupakan target untuk beberapa obat HIV terbaru. Peneliti dari Imperial College London dan Harvard University mengumumkan telah berhasil memiliki struktur dari integrase dari virus ini. Ini berarti peneliti dapat memulai untuk memahami bagaimana kerja dari obat inhibitor integrase serta bagaimana menghentikan perkembangan HIV/AIDS. Kita berharap obat terbaik bagi ODHA dapat ditemukan secepatnya dan penyebaran HIV/AIDS dapat dihentikan.
Peran Media
Saat ini media yang memberitakan tentang penyakit AIDS tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan, atau kondisi sebenarnya yang terjadi saat ini. Banyak media ketika mengangkat berita tentang penyakit AIDS masih salah memilih narasumber, maka dari itu ketika mencari narasumber harus sesuai dengan bidang yang dikuasai.

Menyikapi peran apa yang dapat dilakukan insan pers dalam penanggulangan HIV/AIDS, komponen Voluntary and Counseling Testing (VCT) bukan hanya terdiri dari para konselor atau rekan-rekan di LSM yang melakukan penjangkauan dan membantu merujuk penderita ke sarana pelayanan kesehatan.

Mengingat VCT merupakan pintu masuk ke dalam jejaring pelayanan, maka diperlukan pula pihak-pihak yang membantu mendorong masyarakat untuk melakukan VCT, dan itu dapat dilakukan oleh wartawan (media)

Peran Pemuda
Sebenarnya, pemuda mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku (subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa generasi muda diibaratkan ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok; baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada sisi lain, pemuda adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah pemuda. Untuk itu, “penyelaman” akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan semangat dalam diri pemuda itu sendiri guna melakukan perubahan dan memainkan secara maksimal peran strategis yang dimiliki pemuda dalam kerangka mencegah HIV/AIDS.
Permasalahan HIV/AIDS dapat teratasi dengan cara bekerjama di antara ketiga pilar yaitu keshalihan individu, control social masyarakat dan penetapan aturan Negara. Anggota masyarakat baik dari keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, lsm, media massa dan lembaga riset harus berperan aktif dalam upaya penanggulanan HIV/AIDS.Hanya dengan cara inilah maka penyebaran dan pencegahan HIV/AIDS dapat tercapai.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
http://jothi.or.id/optimalisasi-peran-masyarakat-dalam-penanggulangan-hivaids
http://radar-bekasi.com/index.php?mib=berita.detail&id=63452
http://www.satudunia.net/content/peran-strategis-kaum-muda-dalam-pencegahan-hivaids


Selengkapnya...