Senin, 14 September 2009

Ruang Kota : Antara Modernitas dan Budaya Konsumerisme

Oleh
Ilham Daeng Makkelo.

Dari pemberitaan media yang gencar, Makassar dikenal sebagai kota dengan fasilitas hiburan bertaraf internasional. Sebuah daya tarik yang menghipnotis banyak orang untuk berbondong bondong mendatanginya. Dari orang dewasa hingga anak kecil, dari yang sekedar menikmati berbagai wahana yang ditawarkan, hingga reuni keluarga.

Pembngunan trans Studio adalah keberlanjutan dari pembangunan fasilitas modern beberapa tahun terakhir ini dikota Makassar. Mal atau tempat perbelanjaan modern, hingga tempat hiburan berkelas, terus mengepung ruang-ruang kota ini.

Dari sisi ini kita pantas berbangga. Ketika kota lain belum dapat mewujudkannya, dipekarangan rumah kita sudah disuguhi fantasi akan permainan-permainan spektakuler dan menarik. Namun disisi lain, industri konsumerisme telah mengajak dan memaksa siapa saja, dari lapisan social mana saja bermimpi untuk menikmatinya. Dalam alam bawah sadar, kehadirannya secara tidak langsung membangun mimpi dan rasa penasaran dalam benak seseorang akan hal tersebut.

Membangun Kota Modern
Sebagai gerbong utama era globalisasi dewasa ini, berbagai aspek modernitas telah menembus batas dan waktu, merasuk kehampir kelas social masyarakat. Kota kemudian sebagai ruang terdepan dan paling cepat merasakan dan terpengaruh atas aspek perubahan dan kemajuan dalam berbagai aspek.

Esensi lahir dan perkembangan kota memang selalu menyimpan misteri akan perjalanan dan masa depannya sendiri. Dalam uraian Mumford (dalam the city in History, 1961), kota selalu menjadi magnet yang menarik orang dan sekaligus gagasannya dalam berbagai kepentingan. Karenanya sifatnya menjadi container yang menjadi wadah atau tempat yang menampung siapapun. Namun dalam perkembangannya akan berakibat seperti necropolis (kota kematian), yang akan menjadi kuburan akhir yang menanti peradapan dan sekaligus menjadi mega machine, yang menghancurkan unsur kemanusiaan . Dan akhirnya menjadi pentagon, yang menjadi symbol kekuatan dan perusak karena obsesi modernitas dengan mega struktur dan kekuatan yang tidak seimbang antara potensi teknologi dengan kerusakan social.

Dari sini terlihat bahwa tidak ada daya untuk membatasi “ekspresi” perubahan yang kan terus berlangsung, namun sekaligus ada peringatan bahwa gerak tak terbendung tersebut memerlukan perhatian serius atas keberpihakan untuk membangun peradapan yang lebih manusiawi dan menghindari kerusakan social yang lebih luas.

Ketika kota dan modernitas bersanding, budaya konsumerisme dating untuk mengajak penghuni kota untuk dating mencicipi hidangan ilusi-ilusi menggiurkan itu. Semua seolah susah menghindarinya bahkan untuk sedikit mengelak, ketika “jualan”, itu dikemas dalam industri konsumsi canggih. Simbol-simbol modernitas tidak hadir sendiri, tetapi dengan kemasan industri teknologi informasi yang mendukungnya. Melalui berbagai media dan alat teknologi informasi lainnya, hamper tidak ada yang tidak mengetahui bahkan mungkin tergiur atas setiap kehadiran ikon modernitas baru.

Kehadiran Trans Studio misalnya, telah membuat seorang bocahyang tinggal dipinggir kota, terus meminta dan terngiang ketika anak seumurannya yang lain bercerita ketika diajak orang tuanya kesana.

Dari sudut ini, sekali lagi kita takjub bagaimana industri konsumerisme mampu menjelajah setiap sudut dan lorong-lorong kota, sekaligus mampu membangun imaji atasnya.

Harga mahal untuk sebuah kepuasan dan kebutuhan di era modern ini memang tidak perlu dipersoalkan lagi. Itulah konsekuensi modernitas yang harus diterima.

Konsep modernitas yang telah muncul sejak abad ke 17 telah menyadarkan akan sebuah era baru dengan kemunculan suatu system social baru, seperti “masyarakat informasi” dan “masyarakat konsumen” yang tak terbantahkan dengan industri yang mendukungnya. Hal terpenting yang harus dilihat disini adalah bagaimana transformasi dalam keberlangsungan modernitas yang terjadi. Bagaimana mengakomodasi kepentingan yang ada, antara yang memerintah dan yang diperintah, antara yang mempekerjakan dan yang dipekerjakan, antara ruang “megah” dan yang sederhana, dan semacamnya. Pendeknya, bagaimana menjembatani beberapa interkoneksi social yang berlangsung.

Gaya hidup konsumerisme mengespresikan gaya hidup melalui kepemilikan obyek-obyek dan symbol-simbol social. Mereka membeli makna social ditempat-tempat tertentu dan dengan gaya hidup tersendiri, yang dikondisikan oleh teknik pemasaranyang apik. Meski demikian, relasi social dalam jangka panjang perlu diperhatian disini, bagaimana menjaga harmonisasi semua elemen warga kota. Karena tentu saja kita semua sadar bahwa standar hidup penghuninya tidaklah sama, termasuk taraf hidupnya.

Kota Esok Hari
Perkembangan dan pembangunan kota adalah sesuatu yang tidak bias dibendung lajunya, tetapi ideology kota selalu harus menjadi perhatian utama rezim yang berkuasa dan mengatur perkotaan. Tentu saja pembangunan fisik kota oleh siapapun itu adalah anugerah, apakah pemerintah, swasta atau komonitas masyarakat dan lainnya. Namun berbagai keterbatasan dan ketidak mampuan warga kota lain selalu harus menjadi perhatian dan memerlukan ruang-ruang ekspresi tersendiri.

Thomas Karsten sebagai perancang banyak kota-kota awal di Indonesia, memperlihatkan perjuangan yang luar biasa ketika ingin memperkenalkan dunia modern tanpa menghilangkan kebudayaan ‘asli” masyarakat setempat, serta selalu memperhatikan semua kebutuhan kelas social warganya. Karena dalam kehidupan perkotaan yang serba kompleks, akan muncul budaya dominant, tetapi budaya pinggiran juga akan terus tumbuh untuk mewadahi mereka yang tidak dapat mengakses budaya dominant tadi. Kita memimpikan kota ini menjadi lebih modern dengan fasilitas insfrastruk yang baik, tetapi kita juga menginnginkan kota ini memiliki identitas dan jati diri kota yang tidak mengabaikan semua kepentingan warganya. Disamping tidak semakin memperdalam jurang yang berpunya dan tidak, hingga akhirnya gagal membangun masyarakat yang lebih adil dan merata.

Akhirnya kita berharap, perkembangan kota, pembangunan perkotaan, tidak saja memodernkan ruang dan aktifitas warganya. Sebaliknya, dapat membangun peradaban manusiawi, dimana orang kecil tidak hanya menjadi penonton dalam ketidakberdayaannya ditengah gemerlap ikon-ikon kota yang terus dibangun. Atau hanya bisa terpana atas kebanggaan-kebanggaan yang tidak pernah bisa diraihnya. Semoga.


1 komentar:

  1. QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus