Senin, 27 Februari 2012

Program Makassar Bebas Banjir (tanggung jawab kita bersama)

Oleh : Drs. Arief Budiman.

Pemerintah Kota Makassar kembali meluncur program baru diakhir tahun 2011, program yang berhubungan dengan lingkungan yaitu Program Makassar Bebas Banjir. Program Makassar Bebas Banjir adalah wujud dari kepedulian pemerintah Kota Makassar kepada masyarakat Makassar dan dapat dengan sasaran utamanya adalah pembersihan drainase, pembersihan kanal serta penataannya dan pembersihan saluran pembuangan yang sangat rawan akan mendatangkan banjir bila musim penghujan tiba, seperti disaat-saat sekarang ini.
Program Makassar Bebas Banjir yang bekerja sama antara Pemerintah Kota Makassar dengan TNI AD dengan salah satu kegiatannya adalah penataan lingkungan kanal dimana diharapkan adanya kepedulian dari masyarakat untuk terlibat dalam program ini, tanpa keterlibatan masyarakat program ini tidak akan berjalan dengan maksimal, untuk itulah harus diadakan pembelajaran terlebih dahulu baik melalui lomba-lomba misalnya lomba kebersihan lingkungan ataupun lomba penataan lingkungan dengan adanya lomba tersebut dapat menjadi motivasi agar warga masyarakat menjaga lingkungannya tetap bersih karena merupakan tanggung jawab bersama, bukan semata-mata tugas pemerintah atau pihak tertentu.
Mabaji bisa memberi solusi dalam menangan banjir sehingga dapat meminimalisasi genangan melalui perbaikan saluran dan pengerukan sedimen dengan mengangkat kotoran-kotoran berupa lumpur dan sampah di sejumlah selokan drainase beberapa wilayah dikota Makassar. Program ini setiap bulannya mengalami perubahan tempat atau lokasi pembersihan.


Adapun jadwal dan lokasi mabaji yang dilakukan serentak 29 Januari 2012 seperti di Kecamatan Panakkukang di Jl Haji Kalla, Kecamatan Tallo di Bungaejaya Beru dan Jl Kandea 3, Kecamatan Rappocini di Jl Rappocini Raya Lr 9, Kecamatan Ujungtanah di Kampung Cambahaya, Kecamatan Biringkanaya di Jl Pajaiyyang depan GOR, Kecamatan Tamalate di sepanjang Jl Kumala 2 dan Jl Andi Tonro. Sedangkan Kecamatan Ujung Pandang dipusatkan di Jl Makkasau, Kecamatan Mamajang di Jl Tanjung Bira, Kecamatan Manggala di Antang Raya sepanjang danau Balangtonjong, Kecamatan Makassar di Jl Maccini Tengah, Kecamatan Wajo dipusatkan di Jl Sarappo, Kecamatan Mariso di Jl Cendrawasih dan Haji Bau, Kecamatan Tamalanrea belum memasukkan titik kegiatannya.
Titik Mabaji 12 Februari 2012 , Jl Gunung Nona, Kelurahan Pisang Selatan (Ujungpandang) , Jl Karantina dan Jl Muhajirin (Panakkukang) , Jl Dangko dan Jl Abul Kadir (Tamalate) , Jl Perintis Kemerdekaan, depan Kantor Imigrasi (Tamalanrea) , Kompleks BPS (Biringkanaya) , Jl Kakatua dan Jl Gagak (Mariso) , Jl Hertasning Baru dan Jl Bonto Makkio, Jl Tamalate I dan Jl Bonto Dg Ngirate (Rappocini) , Suangga (Tallo) , Jl Sarappo (Wajo) , Jl Lobak dan Jl Terong (Bontoala) , Asrama Barabaraya (Makassar) , Jl Tanjung Alang, dekat Kampus AMI (Mamajang) , Jl Barukang Utara (Ujung Tanah) , Jl Antang Raya (Manggala) , Jl Sabutung Baru (Tallo)
Penataan Lingkungan Kanal sangat penting karena seperti yang kita lihat di Kota Makassar kanal berubah fungsi menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga, sehingga bau yang ditimbulkan sangat mengganggu pernafasan dan dapat mempengaruhi pencernaan dan juga terkadang dimusim penghujan anak-anak menjadikan kanal sebagai tempat bermain (tempat berenang) hal dapat mengakibatkan alergi pada kulit atau gatal-gatal karena air kanal tersebut tercemar oleh kotoran dan limbah pembuangan.
Pemerintah kota berharap program ini tidak bersifat sementara tetapi terus berkelanjutan dimana masyarakat tetap memperlihatkan kepeduliaannya terhadap lingkungan sekitarnya dan diharapkan tidak ada lagi kesemrautan dimana-mana, seperti kita ketahui tinnginya tingkat urbanisasi yaitu perpindahan dari desa ke kota yang tak terkendali merupakan salah satum penyebab meningkatnya kesemrawutan kota termasuk banjir dimana mereka yang baru datang ke kota kurang mengetahui aturan-aturan dari tata perkotaan dengan membangun tempat dimana saja tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
Banjir terjadi karena kurangnya resapan sebagai akibat dari banyak pembangunan yang tidak memperhatikan dampak lingkungan, sehingga ketika turun hujan dengan intensitas yang tinggi air tidak cepat terserap ketanah.
Perlunya kesadaran masyarakat dalam mengatasi banjir diantaranya : tidak membuang sampah di sembarang tempat apalagi di kanal, membuat resapan air sederhana dan menanam pohon dilingkungan tempat yang memungkinkan, menghijaukan daerah pinggir kanal dengan tanaman hijau produktif, jika kondisi demikian tercipta lingkungan idaman yang mewujudkan kenyamanan, rasa cintah terhadap lingkungan yang berimbas kesadaran menjaga lingkungan dan selalu berupaya mencegah dan mencari jalan keluar agar jangan sampai lingkungan terjadi banjir secara bersama-sama.


2 komentar: