Selasa, 24 Februari 2009

SAATNYA MIGRASI KE OPEN SOURCE


Oleh

Muskawati

Migrasi ke software open source yang dalam hal ini linux merupakan kebutuhan yang cepat atau lambat akan dilakukan baik itu akan diterapkan pada organisasi Pemerintah, Swasta, Pendidikan, ataupun di lingkungan pribadi. Migrasi ke software open source merupakan salah satu usaha dalam melegalkan software yang kita gunakan, menghormati hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dengan menghindari pembajakan software, serta berusaha untuk melakukan penghematan dalam penggunaan budget untuk pengadaan software yang tergolong mahal. Open source dalam hal ini Linux merupakan perangkat lunak yang source programnya dapat diambil serta dapat dikembangkan sendiri sehingga terjadi regenerasi dalam hal ini distro serta yang paling subtansial dalam open source adalah bersifat gratis dan bukan software yang berlinsensi (priopertary).


Dukungan Pemerintah dalam hal mensosialisasikan linux sebagai sistem operasi yang berbasis open source sangat gencar diadakan terutama di departemen komunikasi dan informatika serta lahirnya distro baru yaitu IGOS yang disponsori oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Kesemua usaha Pemerintah itu merupakan cikal bakal perkembangan linux serta migrasi ke linux di Indonesia. Berbagai upaya Pemerintah Indonesia yang dilakukan dalam hal mendukung migrasi ke open source, misalnya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan mengenai linux, penyediaan website igos, sosialisasi, serta penyediaan helpdesk untuk distro ubuntu oleh Departemen Komunikasi dan Informatika dalam hal ini Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika.

Dukungan Pemerintah serta respon masyarakat pengguna IT terhadap linux merupakan hal yang paling dibutuhkan dalam migrasi ke linux. Namun migrasi itu sendiri memerlukan waktu yang cukup lama dalam konsep migrasi secara menyeluruh.

SEJARAH LINUX

Linux adalah sistem operasi komputer yang bersifat open source dengan berbagai distribusi yang ada di seluruh dunia saat ini. Sejarah linux dimulai pada tahun 1991, ketika mahasiswa universitas Helsinki, Finlandia bernama linus Benedict Torvalds menulis linux, sebuah kernel yang dapat dijalankan pada prosesor 80836, prosesor 32-bit pertama dalam kumpulan CPU intel yang cocok untuk PC. Linus terinspirasi dari minix yaitu suatu sistem unix kecil yang dikembangkan Prof. Andrew Tanenbaum dari der Frein University, Amsterdam.

Linux versi 0.01 dikerjakan sekitar bulan Agustus 1991. Pada tanggal 5 oktober 1991, Linus mengumumkan versi resmi linux yaitu versi 0.02. Linux didistribusikan secara bebas bersama program GNU lainnya dengan model lisensi GPL (General Public License). Peraturan lisensi yang dianut oleh sistem operasi Linux disusun oleh free software foundation, Linux

bukanlah perangkat lunak domain publik. Pengertian dari domain publik itu sendiri berarti pengarang telah memberikan copyright, namun di Linux copyright tersebut masih dipegang oleh pengarang-pengarang dari kode tersebut. Linux adalah perangkat lunak bebas, namun bebas dalam arti bahwa siapa saja dapat mengkopi, modifikasi, memakai dengan cara apapun serta memberikan kepada siapapun tanpa adanya larangan. Implikasi utama peraturan lisensi Linux adalah bahwa siapa saja yang menggunakan Linux, atau membuat modifikasi dari Linux, tidak boleh membuatnya menjadi hak milik sendiri. Jika sebuah perangkat lunak dirilis berdasarkan lisensi GPL, produk tersebut tidak boleh didistribusi hanya sebagai produk biner (binary-only). Perangkat lunak yang dirilis atau akan dirilis tersebut harus disediakan sumber kodenya bersamaan dengan distribusi binernya.

Cerita yang cukup menarik sehingga gambar Pinguin dijadikan sebagai maskot sistem operasi Linux. Saat itu Trovalds sedang berjalan-jalan bersama Andrew Tridgell (penyusun Samba, Samba merupakan program yang bersifat protokol yang berfungsi untuk menghubungkan komputer yang menggunakan sistem operasi linux/ unix dengan komputer yang menggunakan sistem operasi berbasis windows dalam sebuah jaringan komputer) disebuah taman. Tiba-tiba Trovalds dipatok oleh Pinguin sehingga dia mengalami demam berhari-hari, ia berpikir karakter itu cocok untuk mewakili Linux. Trovalds menginginkan pemakai Linux menjadi tergila-gila untuk mengutak- atik Linux. Visualisasi logonya dikompetisikan kepada umum lewat diskusi pada mailing list Linux kernel, pencetusnya adalah Alan Cox. Maskot yang terpilih diberi nama Tux yang dibuat oleh Larry Ewing.

KEAMANAN LINUX

Sistem operasi linux adalah sistem operasi yang untuk saat ini masih tergolong aman dari virus, spam, intruder serta stabil dalam penggunaan sistem ini dibanding dengan sistem operasi lain. Namun tidak boleh dikatakan bahwa linux sudah seratus persen aman karena semua sistem yang masih dibuat oleh manusia serta dengan melihat konsep sistem maka akan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu tidak ada sistem yang sempurna. Konsep aman bagi linux dapat dikatakan karena pada sistem yang menganut open source, setiap kelemahan/ celah yang muncul pada saat pemakaian maka dalam waktu yang relatif singkat akan muncul perbaikan serta update dari program tersebut sehingga celah yang terbuka dapat tertutupi.

Pemakai sistem operasi linux dapat menjaga sistem keamanan komputer mereka walaupun mereka bukan praktisi IT ataupun tidak memiliki suatu keahlian khusus dalam hal keamanan sistem komputer. Keamanan linux dari beberapa faktor external sistem misalnya virus, spam, intruder, dan sebagainya dapat dijaga melalui beberapa tips yaitu:

1. Memilih password yang baik,

Password dalam semua sistem merupakan suatu yang fundamental dalam menjaga keamanan serta hak akses. Keamanan suatu sistem bergantung pada password yang dimiliki untuk dapat masuk ke sistem tersebut, oleh karena itu password haruslah tetap dijaga agar kerahasiaannya dapat terjamin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu sistem yaitu: sebaiknya password tidak sama dengan nama login, sebaiknya tidak menggunakan kata yang berhubungan dengan anda, tidak menggunakan password yang terlalu pendek, apabila sistem menggunakan pembacaan password yang case sensitif maka pilihlah password kombinasi antara huruf besar dan huruf kecil.

2. Hindari menggunakan user root.

Sistem operasi linux memiliki hak akses yang sangat ketat ketika kita hendak bertindak sebagai administrator seperti halnya instalasi program, remove program, mengatur sistem, serta melakukan aktivitas yang seharusnya dilakukan oleh administrator. Kesemua itu harus dilakukan dengan menggunakan hak akses root. Pentingnya serta pengaruh akses root yang sangat besar maka sebaiknya kita senantiasa menggunakan linux memakai akses yang biasa dan bukan root.

3. Mematikan service yang tidak diperlukan

Instalasi linux secara default akan mengakibatkan ikut terinstallnya beberapa service-service yang sesungguhnya tidak digunakan oleh sistem yang akan kita gunakan. Service yang jalan disistem namun tidak digunakan otomatis hanya menjadi beban pada sistem tersebut. Service yang tidak digunakan dapat memperlambat kerja sistem serta dapat mengurangi tingkat keamanan dari sistem tersebut. Sebagai admin dari sistem ini sebaiknya kita berusaha untuk mematikan service yang tidak dipakai karena semakin sedikit service yang jalan maka semakin aman dan cepat sistem kita.

4. Menggunakan fasilitas pengaturan hak akses pada linux

Menggunakan beberapa listing untuk mengatur hak akses file yang dianggap penting untuk menjaga keamanan dari sistem dan penggunaan file itu sendiri. Beberapa perintah yang bisa digunakan dalam mode konsul dapat membantu menjaga keamanan dari sistem kita sendiri.

5. Memeriksa file yang tidak ada pemiliknya

File yang tidak diketahui pemiliknya merupakan suatu indikasi bahwa komputer kita telah dimasuki oleh seseorang atau virus. Sebaiknya file yang seperti ini dihapus saja, apabila file ini ditemukan secara periodik sebaiknya hak akses dari file ini diubah sehingga tidak dapat diakses oleh sembarang user.

6. Menggunakan ssh ketika hendak mengakses komputer lain dalam jaringan.

Dalam suatu jaringan komputer, akses terhadap komputer oranglain merupakan sesuatu yang biasa serta kebutuhan yang paling dasar bagi seorang administrator. Akses ke komputer lain dalam suatu jaringan sebaiknya menggunakan faslitas ssh dan tidak menggunakan telnet, hal ini dapat dikatakan karena ssh lebih aman dibanding telnet. Dalam ssh setiap data yang akan dikirim akan diacak lebih dahulu sehingga lebih aman.


Walaupun dengan berbagai kelebihan yang ada, ternyata masih banyak masyarakat yang ragu menggunakan sistem operasi yang lain. Kekhawatiran yang umumnya menjadi alasan adalah kesulitan dalam mengoperasikannya dan kompatibilitas dengan dokumen-dokumen yang sudah terlanjur dibuat dengan aplikasi berbasis windows. Padahal tidak seperti yang banyak dipikirkan, ternyata linux sendiri merupakan OS yang “user friendliy” dengan komplekssitas aplikasi pendukung yang ada.

Tidak bisa dipungkiri, ketergantungan pada software-software original membuat kita susah untuk melakukan alternatif, ibarat merubah sebuah budaya, pada sisi lain masyarakat juga belum mampu untuk membelinya. Sehingga Linux tetap menjadi pilihan pertama saat pergantian sistem operasi yang lebih user-friendly yang pasti memang saatnya untuk migrasi ke Open Source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar